Haltersebut menuntut rakyat Palestina untuk bangkit berjuang membela dan mendapatkan kembali hak-hak mereka yang dirampas oleh para penjajah. Perjuangan mereka diwujudkan PERJUANGAN PARA PEJUANG PALESTINA DALAM PUISI MALHAMATU AL-AQSA KARYA AIMAN AL-ATUM: ANALISIS SEMIOTIK RIFFATERRE RISA IZZATI WIKASARI, Zulfa Purnamawati, S.S, M.Hum. Berdasarkanperjanjian damai 1994 antara Israel dan Yordania, status pelindung al-Aqsa di bawah kendali Yordania dan tempat-tempat suci Islam lainnya di Yerusalem timur yang kini telah diduduki Israel. Di bawah status quo, umat Yahudi diperbolehkan masuk ke dalam komplek Haram al-Sharif namun tidak diperbolehkan untuk beribadah. Pada 2015, tepat satu bulan sebelum Ramadan, Yordania dan Israel Insidenini bereskalasi menjadi serangan terhadap jemaah yang tengah beribadah di Masjid Al-Aqsa dan pembubaran jemaah-jemaah lainnya di Jerusalem Timur, Jumat (7/5/2021). Tembakan peluru karet, gas air mata, serta granat kejut melukai jemaah yang bertahan di dalam masjid. Merespons situasi di Palestina yang memanas, Aksi Cepat Tanggap (ACT UkuranBesi Untuk Pondasi Rumah 1 Lantai; Bahasa Inggris Daun Bawang; Disney 100 Years Of Magic 172 Dvd Box Set Collection; Gambar Masjid Al Aqsa Di Palestina; Desain Apartemen Sederhana; Contoh Iklan Lowongan Pekerjaan Dan Surat Lamarannya; Contoh Gambar Bunga Yang Mudah Dicontoh; Background Quotes Tumblr; Gambar Naruto Meme; Pixellab Background Puisitersebut ia beri judul "Palestina, Bagaimana Bisa Aku Melupakanmu". Gubernur DKI Jakarta (terpilih) Anies Bawesdan yang mengaku masih mahasiswa saat tahun 1989 mewawancarai Taufik Ismail, mengunggah puisi tersebut lewat akun instagramnya, sehari lalu. Ia mencuplik beberapa bait puisi yang menyayat hati dan membuat netizen menangis tersebut. Penelitianini memuat analisis dari puisi berjudul "Khuzni ila al-Masjidi al-Aqsa" dalam antologi puisi Khuzni ila al-Masjidi al-Aqsa karya Aiman al-'Atum. Karya "Khuzni ila al-Masjidi al-Aqsa" sebagai sebuah puisi tentunya memiliki tanda-tanda sastra yang membentuk sistem yang bermakna. 7 Karena Quds dan terutama Al-Aqsa merupakan kota suci dan kiblat pertama, umat Islam berkewajiban menentang penjajahan tanah Palestina. 8. Sebagai bagian dari umat pengikut Pemimpin sentral dan tunggal umat Islam, seruan Imam Khamenei untuk menghidupkan Hari Internasional Quds adalah kewajiban keagamaan. AyoBantu Pengadaan Ambulance Di Palestina Yang Sangat DIbutuhkan Untuk Keadaan Darurat Sehingga Lebih Banyak Lagi Anak-anak, Perempuan dan Pejuang Yang Terselamatkan. setelah Masjid Al Aqsa diserang selama dua malam beruntun (kompas.com). Sampai dengan Selasa (11/5) lebih dari 30 orang dilaporkan meninggal dunia (bbc.com). Sahabat, Sungguh yangkomited untuk menjadikan Palestine tempat tinggal orang Yahudi. "Did you come to visit the Holy datang untuk melawat masjid Aqsa mosque, or to bid Suci Al Aqsa, atau mengucapkan perpisahan sebelum ia hilang!" a poem to the leadership in 1935. A poem dripping with irony. "Oh, you sincere patriots. menyampaikan sebuah puisi 9 Terdapat sebuah mimbar legendaris di Masjid Al-Aqsa. Nooruddin Zanky, seorang pahlawan terbesar dalam sejarah Islam, memiliki mimbar khusus di dalam Masjid Al-Aqsa yang direbut kembali dari Tentara Salib. Mimbar Nooruddin Zanky tidak hanya indah, tapi dibuat tanpa menggunakan paku atau lem sama sekali. bV6sNLk. Jakarta, MINA – Aktivis Muslimah Palestina, Edrida Pulungan yang juga seorang Sastrawati dan delegasi Paris Peace Forum 2019 membacakan puisi pada Konferensi Perempuan Internasional untuk pembebasan Al-Aqsa dan Palestina IWCLA. Puisinya berjudul “The Voice from Hashanon” yang memaparkan kekuatan perempuan Palestina yang pemberani, tak kenal menyerah dalam perjuangan untuk tanah airnya dan masjid Al-Aqsa. Konferensi bertema “Bergerak Berjamaah Membela Perempuan dan Anak-anak Palestina” tersebut diselenggarakan oleh Lembaga Kemanusiaan yang konsen pada isu Palestina, Aqsa Working Group AWG pada Kamis 17/3 secara hybrid daring dan luring, diselenggarakan di Hotel Sofyan Cut Meutia, Cikini, Jakarta Pusat. Edrida Pulungan, lahir di Padang Sidempuan, Sumatera Utara, pada 25 April 1982. Ia merupakan Alumnus S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, S1 Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan, S2 Hubungan Internasional, Universitas Paramadina dan S2 Fakuktas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, menjadi salah satu staff di Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia. Edrida dikenal melalui karya-karyanya berupa puisi yang dipublikasikan di sejumlah surat kabar, dan terhimpun dalam berbagai antologi. Edrida merupakan pendiri Lentera Pustaka Indonesia, beberapa puisinya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Spanyol, dan Turki. Berikut Puisi berjudul “The Voice from Hashanon” I was here in Hashanon Near the city of Haifa and Ramallah I kissed my daughter before leaving I see the moon and sun in their eyes I try wipe their tears and hug them deep I hope they can feel the warm in my heart Not the cops of the dusty prison and cold food My children, All of you the flame of my life I was thankful for sharing history of Al Quds land for you Share the value of victory and the surrender for Allah They should know the meaning of Justice and humanity They should know the history your mother With roses in her hand to take care you with love With pen as her gun to write the truth and poetry In Hasharon time was flush I was arrested and will count my time until 14 years in my future I will write thousand poem with blue moon When hear the first cry of my baby and tell the lullaby story Enjoy the breakfast with piece of bread and potato Without fear when bombing like orchestra When you can take from your home and arrested How should I share you a good for history When all life sending many tears Remindal all short happiness with family in memory My name is Lama Khatir Palestinian female prisoners was take out from my home Bring to prison from Ashqalan to Hasharon I wrote from my small room with many Dear sir, Prison was comfortable place Life and dead was the same for me and remind for Allah’s guarding My heart will never broken into hundred parts I will get the freedom of expression, worship and welfare In the Holy Land of Baitul Maqdis We are all Mary We are sending a big message of peace We are women of Al-Quds are not alone In the Holy Land of Al-Quds I send you my piece of poet with sweet dreams Collect the memory in mind the beauty of heaven Istiqlal Mosque, Jakarta, Indonesia March 8 th, 2022 By Edrida Pulungan Filosofi Puisi “The Voice from Hashanon” Edrida saat diwawancarai MINA menjelaskan, makna filosofi daripada puisi tersebut menggambarkan bahwa perempuan Palestina itu perempuan yang pemberani. Ketika mereka ditarik paksa dari rumahnya untuk dibawa ke penjara, dia masih memberikan energi yang kuat untuk anak-anaknya, suaminya, keluarganya, atau mungkin meninggalkan tempat kerja dan kebebasannya. “Mereka itu sudah tidak punya lagi rasa takut, kalau misalnya kita menangis mereka sudah biasa, maka itu bisa menjadi motivasi kita dan juga harus ditebarkan ke semua perempuan di dunia. Mungkin kalau dibandingkan dengan Indonesia sangat berbeda, negara Indonesia Alhamdulillah masih aman tentram walaupun banyak tantangan,” jelasnya. Menurutnya, puisi ini memiliki makna tersirat dan tersurat, walaupun mereka tidak bisa bebas tapi mereka mengirimkan sinyal-sinyal keberanian, karena mereka yakin pertolongan Allah selalu ada. “Anak-anak Palestina sudah tidak bisa merasakan masa kecil mereka, zionis Israel merampas satu persatu memori pada seorang anak di muka bumi yang sampai sekarang negara manapun tidak mampu untuk memberikan kebebasan kepada mereka, kita harus mengutuk apapun yang merampas kehidupan dan hak asasi manusia,” ujarnya. Edrida Pulungan berharap seluruh pemuda dan pemudi Indonesia dapat berpartisipasi dalam pembebasan Masjidil Aqsa. Pemuda dan pemudi merupakan sosok yang paling berpotensi menjadi agen perdamaian, karena masih melihat sesuatu itu dengan visi idealisme. “Cara yang dapat dilakukan salah satunya yaitu menyuarakan dengan karya, bisa dengan lukisan, puisi, dan film maker. Tidak hanya pemuda Indonesia saja yang dapat melakukan, pemuda yang ada di seluruh dunia juga bisa apalagi sekarang sudah sangat canggih teknologinya,” katanya. A/Bad/R12/P1 Mi’raj News Agency MINA - Puisi Taufik Ismail berjudul Palestina, Bagaimana Aku Bisa Melupakanmu mengisahkan tentang kiblat pertama umat Islam, Masjidil Aqsa, yang kini dikuasai Israel walau berstatus quo. Puisi Taufik Ismail ini mengingatkan soal penyerbuan dan pembakaran oleh Israel di Masjidil Aqsa. Puisi tersebut digubah oleh Taufik Ismail pada tahun 1989, ketika Israel melakukan agresi militer terhadap rakyat Gaza, yang menewaskan wanita dan anak-anak dalam peristiwa Intifada pertama. Berikut teks puisi Taufik Ismail - Palestina, Bagaimana Aku Bisa Melupakanmu Baca Juga Tradisi Menyambut Bulan Sya'ban Dijamin Rindu Kampung Halaman Palestina, Bagaimana Bisa Aku Melupakanmu Ketika rumah-rumahmu diruntuhkan bulldozerdengan suara gemuruh menderu, serasa pasirdan batu bata dinding kamar tidurku bertebaran di pekaranganku, meneteskan peluh merah dan mengepulkan debu yang berdarah. Ketika luasan perkebunan jerukmu dan pepohonan apelmu dilipat-lipat sebesar saputangan lalu di Tel Aviv dimasukkan dalam file lemari kantor agraria, serasa kebun kelapa dan pohon manggaku di kawasan khatulistiwa, yang dirampas mereka. Ketika kiblat pertama mereka gerek dan keroaki bagai kelakuan reptilia bawah tanah dan sepatu-sepatu serdadu menginjaki tumpuan kening kita semua, serasa runtuh lantai papan surau tempat aku waktu kecil belajar tajwid Al-Qur’an 40 tahun silam, di bawahnya ada kolam ikan yang air gunungnya bening kebiru-biruan kini ditetesi air mataku. Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu Ketika anak-anak kecil di Gaza belasan tahun bilangan umur mereka, menjawab laras baja dengan timpukan batu cuma, lalu dipatahi pergelangan tangan dan lengannya, siapakah yang tak menjerit serasa anak-anak kamiIndonesia jua yang dizalimi mereka tapi saksikan tulang muda mereka yang patahakan bertaut dan mengulurkan rantai amat panjangnya, pembelit leher lawan mereka, penyeret tubuh si zalim ke neraka, An Naar. Ketika kusimak puisi-puisi Fadwa Tuqan, Samir Al-Qassem, Harun Hashim Rashid, Jabra Ibrahim Jabra, Nizar Qabbani dan seterusnya yang dibacakan di Pusat Kesenian Jakarta, jantung kami semua berdegup dua kali lebih gencar lalu ter-sayat oleh sembilu bambu deritamu, darah kami pun memancar ke atas lalu meneteskan guratan kaligrafi Allahu Akbar! danBebaskan Palestina! Ketika pabrik tak bernama 1000 ton sepekan memproduksi dusta, menebarkannya ke media cetak dan elektronika, mengoyaki tenda-tenda pengungsi di padang pasir belantara, membangkangit resolusi-resolusi majelis terhormat di dunia, membantai di Shabra dan Shatila, mengintai Yasser Arafat dan semua pejuang negeri anda, aku pun berseru pada khatib dan imam shalat Jum’at sedunia doakan kolektif dengan kuat seluruh dan setiap pejuang yang menapak jalanNya, yang ditembaki dan kini dalam penjara, lalu dengan kukuh kita bacalahlaquwwatta illa bi-Llah!’ Bendera Indonesia dan Palestina. Foto Merdeka Hari ini, tanggal 17 Agustus 2020. Bangsa Indonesia merayakan hari kemerdekaannya ke 75. Begitu syahdunya perayaannya. Ruang-ruang virtual begitu semarang dengan kebahagiaan. Warna merah putih sebagai lambang negara begitu indah mempesona. Pancasila dengan Burung Garudanya nampak gagah berani. Mencengkram ranting dengan jari-jari kaki yang kokoh. Menandakan, korupsi, dan perampasan hak warga yang ada dalam PANCASILA harus dihentikan. Hingga negara ini berdaulat hukumnya tegak, ekonomi makmur, rakyat berkehidupan cukup. Rakyat tidak perlu mengiba mengadu nasib dan masa depannya. Rakyat cukup memilih saat Pilpere, Pileg dan Pilkada orang-orang terbaik. Rakyat tidak perlu berteriak soal ketidakadilan. Rakyat tidak perlu menjerit saat sakit karena mahalnya berobat dan BPJS yang berbelit. Negara yang tanahnya subur ini sejatinya syurga khusus rakyat Indonesia. Kita lihat Palestina hari ini, negara yang memiliki masjid al-Aqsha Kiblat pertama umat Islam. Dalam Isra’ Mi’raj baginda Rasulullah SAW diperjalankan dari masjidil Haram ke masjid al-Aqsha, Palestina sebelum naik ke Sidratul Muntaha. Palestina adalah negeri para nabi. Para pemuka peradaban yang diutus menerangi umat manusia. Ada Nabi Muhammad SAW, nabi Ibrahim as., nabi Yusuf as., nabi Ya’kub as., nabi Luth as., nabi Sulaiman as., nabi Ishak as., nabi Musa as., nabi Isa as., dan nabi Dawud as. Mereka pendekar kemerdekaan manusia dari ketertindasan, dari keterbelakangan. Merdeka Indonesia… seharusnya Palestina juga merdeka. Merdeka warganya dari zionis Israel. Merdeka untuk shalat di masjid al-Aqsha. Merdeka jiwa-jiwa bangsanya. Merdeka pendidikan dan ilmu pengetahuannya. Merdeka semua keturunannya. Merdeka kekayaan alam dan tanah airnya. Atas nama HAM, dana atas nama kemanusiaan. Tidak ada lagi tetesan darah warganya. Tidak ada lagi tangisan ketakutan bom-bom dan kokangan senjata. Tidak ada lagi anak-anak yang kehilangan masa depannya. Kehilangan anggota tubuhnya karena berondongan senapan penjajah Israel. Wahai dunia Arab, bersatulah. Bebaskan bumi Palestina. Oleh Kana Kurniawan Pjs. Ketua Umum PP Pemuda PUI